Welcome to my blog!!!

Rabu, 21 Oktober 2009

Izin KAP Abdul Hasan Salipu Dibekukan


INILAH.COM, Jakarta - Menteri Keuangan membekukan izin akuntan publik (AP) dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs Abdul Hasan Salipu untuk jangka waktu 6 bulan sejak 27 Agustus 2009.
Keterangan tertulis Departemen Keuangan di Jakarta, Kamis (10/9), menyebutkan, pembekuan izin AP Drs Abdulrahman Hasan Salipu dilakukan berdasar Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1069/KM.1/2009 tanggal 27 Agustus 2009.
Pembekuan izin itu karena yang bersangkutan belum sepenuhnya mematuhi Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT Dimas Utama tahun buku 2007, dan PT Navigat Energi tahun buku 2007 yang berpotensi cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen.
Selain itu, AP Drs. Abdulrahman Hasan Salipu belum sepenuhnya mematuhi ketentuan administratif yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik, yaitu dalam hal tidak memelihara kertas kerja dan dokumen pendukung lainnya selama 10 tahun.
Sementara itu pembekuan izin usaha KAP Drs Abdulrahman Hasan Salipu selama 6 bulan sejak 27 Agustus 2009 dilakukan berdasar Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1070.KM.1/2009 tanggal 27 Agustus 2009.
Pembekuan izin usaha itu karena yang bersangkutan melanggar ketentuan Pasal 44 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik, yakni tidak memelihara kertas kerja dan dokumen pendukung lainnya selama 10 tahun.
Selama masa pembekuan izin, AP Abdulrahman Salipu dilarang memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik, dilarang menjadi pemimpin dan/atau pemimpin rekan dan/atau pemimpin cabang KAP.
Selain wajib mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik, dan tetap bertanggung jawab atas jasa-jasa yang telah diberikan.
Sementara itu untuk KAP Abdulrahman Hasan Salipu, selain dilaran memberikan jasa akuntan publik juga diwajibkan memelihara Laporan Auditor Independen, Kertas Kerja Pemeriksaan, dan dokumen lainnya.
KAP itu juga tetap bertanggung jawab atas jasa-jasa yang telah diberikan, dan wajib mengimplementasikan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) secara penuh dalam pemberian jasa selanjutnya.
Berdasar pasal 68 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008, apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak berakhirnya masa pembekuan izin, dua auditor itu tidak melakukan pengajuan permohonan persetujuan untuk memberikan jasa kembali, mereka dikenakan sanksi pencabutan izin usaha. [*/cms]

Sumber : Inilah.com (10/09/2009 11:31)

Jurnal Penelitian Ilmiah "Rio Nanda Prasetya,Ekonomi,Akuntansi,Univ.Gunadarma-2009"


PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI BIAYA PRODUKSI PADA CV. DAPUR SUSU MINANGKABAU

  1. Rio Nanda Prasetya
.
.
.

  1. Jl. Tebet Utara II A No.8 Jakarta Selatan
.
.
.

ABSTRAK
Rio Nanda Prasetya.20206833

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI BIAYA PRODUKSI PADA CV. DAPUR SUSU MINANGKABAU

PI. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2009

Penelitian ilmiah ini bersifat empiris, menganalisis dan melakukan perancangan sistem informasi akuntansi biaya produksi yang diharapkan dapat merekam seluruh biaya produksi yang dikeluarkan oleh CV. DAPUR SUSU MINANGKABAU. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan observasi langsung ke perusahaan. Dalam penelitian ini melakukan analisa sistem penghitungan  Harga Pokok Penjualan secara manual dan selanjutnya melakukan perancangan sistem baru yang diharapkan dapat merekam semua biaya produksi yang dikeluarkan. Hasil dari penelitian ini yaitu, perusahaan membutuhkan perancangan sistem informasi akuntansi secara terkomputerisasi terutama pada proses biaya produksi, karena pesatnya perkembangan yang dialami oleh perusahaan ini.

Kata kunci : Perancangan SIA, Biaya Produksi




ABSTRACT
This research was empirical, analytical, and using production cost of accounting informatic system which can record all of the production cost that spent by
 CV. DAPUR SUSU MINANGKABAU.  The data was collected with a direct observasional way to the company. Counting system analysis of primary cost  was used in this research by manual operation and then the design of new system can record every production cost. The final of the research was the company needs to computerized the accounting informtic system designed specially in the production cost procced, because of the very fasten movement in the company.

PENDAHULUAN
            Pertumbuhan ekonomi pada saat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adalah perkembangan tingkat usaha di Indonesia dewasa ini mendorong persaingan dalam dunia usaha semakin ketat yaitu di bidang Usaha Kecil Menengah (UKM) atau Usaha Padat Karya yang tumbuh berkembang dan dapat bertahan dalam persaingan itu sendiri. Pesatnya perkembangan usaha kecil menengah ini telah kita ketahui bersama tingginya daya saing perusahaan-perusahaan tersebut. Namun dalam perkembangannya perusahaan-perusahaan UKM ini masih banyak memiliki kekurangan terutama pada sistem informasi akuntansi yang belum terangkai dengan baik dan masih banyaknya penggunaan sistem pencatatan manual yang kurang efektif, terutama pada perusahaan di bidang perdagangan yang memerlukan sistem informasi akuntansi biaya produksi dalam proses produksinya.
            Sistem informasi akuntansi biaya produksi menghasilkan segala bentuk informasi yang dibutuhkan oleh manajemen untuk mengukur apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba atau sisa usaha tersebut, tanpa sistem informasi akuntansi biaya produksi manajemen tidak memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah daripada nilai keluarannya, sehingga tidak memiliki informasi apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba atau sisa usaha yang sangat diperlukan untuk mengembangkan dan mempertahankan eksistensi perusahaannya.

METODE PENELITIAN

Objek penelitian pada penelitian ini adalah CV. DAPUR SUSU MINANGKABAU. Perusahaan ini telah berdiri sekitar 18 tahun yang lalu. Perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan barang ini juga memproduksi sendiri produk susu kedelainya, dengan bekerjasama dengan beberapa produsen bahan baku maka perusahaan ini mampu memproduksi susu kedelai dalam skala besar baik yang dipesan oleh pelanggan maupun yang langsung dijual secara eceran.
            Survei telah dilakukan sebagai bahan perbandingan untuk perancangan sistem informasi akuntansi yang baru terhadap sistem informasi yang telah diterapkan.
Penulis akan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif berdasarkan evaluasi sistem informasi akuntansi biaya  yang telah dimiliki dan dilaksanakan kemudian diberikan alternatif perbaikan dalam bentuk perancangan SIA biaya pokok produk berbasis komputer yang telah memadai.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan data langsung dari  CV. SARI MURNI berdiri pada tahun 1990 berdasarkan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) No: 0690/09-04/PK/V/93 atas nama Rizhardi. Perusahaan ini beralamat kantor di Jl. Menteng Rawa Panjang RT 006/014 Kelurahan Menteng Atas, akan tetapi saat ini kantor perusahaan ini berpindah tempat di Jl. Menteng Atas No.4 dan telah berganti nama menjadi CV. DAPUR SUSU MINANGKABAU yang produk utamanya adalah susu kedelai.

Perancangan SIA Biaya Produksi dengan Pendekatan Konseptual (ERD) Berbasis Komputer.
- Evaluasi SIA yang Telah Diterapkan (Lama)

Tujuan:
Untuk mengetahui sampai berapa sistem informasi akuntansi diterapkan di dalam perusahaan, serta membuat kesimpulan dan perbaikannya.
- Sistem informasi akuntansi yang lama
Dari hasil analisis penulis kelebihan dari sistem yang lama antara lain:
1.      Dalam pengumpulan biaya produksi menggunakan metode pesanan sehingga semua biaya produksi untuk semua pesanan baik dengan jenis yang berbeda dikumpulkan jadi satu sehingga untuk menentukan biaya produksi masing-masing pesanan berdasarkan perbandingan produksi masing-masing pesanan dari kapasitas produksi.
2.      Bagian gudang masih berada di bawah bagian produksi yang seharusnya dipisahkan dengan bagian produksi
3.      Dalam sistem yang lama pencatatan biaya bahan baku dan penolong yaitu belum ada sistem yang mencatat pengeluaran biaya-biaya secara sistematis dan terkomputerisasi, sehingga semua biaya yang telah dicatat dapat hilang dan tidak valid.
4.      Dasar penghitungan bahan baku pengeluaran menggunakan bukti order pembelian sehingga banyak bahan yang tidak terpakai dan menjadi persediaan tetapi diperhitungkan sebagai biaya terlalu besar.
5.      Dalam proses penghitungan dan pembayaran gaji dan upah dilakukan dengan sistem penetapan secara kesepakatan bersama sebelumnya yaitu perbulan untuk bagian produksi dan absensi untuk bagian pengiriman, dengan belum adanya bagian khusus yang mempunyai tugas untuk menghitung biaya produksi yaitu bagian kartu biaya, akan tetapi bagian yang melakukan penghitungan adalah bagian akuntansi.
6. Dalam sistem yang lama pencatatan shift jalan loper dicatat dalam form dan dilakukan secara tertulis (manual)

A. Data Flow Diagram
          Model yang digunakan penulis dalam menggambarkan sistem yang diusulkan adalah model Data Flow Diagram (DFD). Tingkatan DFD untuk sistem ini terdiri dari tiga tingkatan, tingkat pertama adalah diagram konteks , tingkat kedua adalah diagram zero/level 1, dan tingkat ketiga adalah diagram detail.
-          Diagram Konteks
          Pada diagram konteks ditunjukkan keterkaitan antara Sistem Informasi Akuntansi Biaya dengan entitas eksternal yaitu: Bagian Produksi, Bagian Akuntansi dan Keuangan, dan Pimpinan Perusahaan. Sistem informasi akuntansi biaya produksi memerlukan data-data yang diperoleh dari bagian-bagian lain yang akan mendukung proses produksi. Hasil keluaran dari sistem ini adalah Data Rincian Biaya yang diserahkan ke bagian akuntansi serta laporan biaya produksi kepada pimpinan.

         
-          Diagram Zero
Diagram zero merupakan penjabaran dari diagram konteks (Gambar 4.3). Pada diagram zero Sistem Informasi Akuntansi Biaya dibagi-bagi menjadi sub-sub sistem yaitu proses pencatatan Biaya Bahan, Pencatatan BTKL, Pembebanan BOP yang dianggarkan, Pencatatan BOP sesungguhnya, Analisa anggaran & Sesungguhnya, Penghitungan Beban Pokok Produk.
   Proses pencatatan Biaya Bahan, bagian Produksi mengisi form order produksi (OP), Bukti Pengeluaran Barang Dari Gudang. Selanjutnya  laporan produk selesai sebagai bukti untuk penghitungan besarnya bahan yang digunakan untuk membuat produk sesuai dengan pesanan yang digunakan sebagai data masukan pada tahap pembebanan BOP yang dianggarkan.
   Proses pencatatan BTKL (Biaya Tenaga Kerja Langsung), bagian personalia mengirim data jam kerja yaitu jam kerja yang diperlukan untuk membuat produk tersebut ke sistem serta lama bekerja pada perusahaan yang didapat darri data pegawai.
   Proses pembebanan BOP yang dianggarkan berdasarkan laporan produk selesai dan anggaran biaya dari bagian produksi akan dilakukan pembebanan BOP berdasarkan anggaran. Penghitungan BOP berdasar anggaran yang ditetapkan dilakukan penghitungan memerlukan data dari anggaran.
   Proses Pencatatan BOP sesungguhnya, pencatatan BOP sesungguhnya berdasarkan Bukti Kas Keluar (BKK) dan jurnal umum yang diperoleh dari bagian keuangan untuk mencatat besarnya BOP untuk biaya penyusutan mesin yang dipakai pada bagian produksi yang selanjutnya digunakan untuk proses analisa anggaran dan sesungguhnya.
   Proses analisa anggaran dan sesungguhnya, setelah dilakukan pembebanan BOP berdasarkan tarif dan pencatatan BOP sesungguhnya maka selanjutnya dilakukan analisa atau perbandingan antara anggaran dan sesungguhnya. Apabila terjadi perbedaan maka yang akan dipakai adalah biaya sesungguhnya dan selisihnya kan dilakukan pencatatan.
   Proses penghitungan Beban Pokok Produk, setelah dilakukan analisa proses akhir adalah penghitungan beban pokok produk meliputi semua bahan, tenaga kerja langsung, BOP dijumlah dan kemudian dibuat laporan untuk bagian akuntansi berupa rincian biaya serta untuk pimpinan adalah Laporan beban pokok produk.


PENUTUP
Kesimpulan
1. Pada sistem yang lama untuk menentukan beban pokok produk dilakukan secara manual sehingga tidak dapat merekam semua beban pokok produk secara lengkap, teliti, dan akurat.
2. Pada sistem yang baru manajemen harus  melengkapi file-file serta daftar-daftar yang dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan proses produksi, lalu melakukan pemisahan tugas serta alur data dan juga memperinci proses produksi dari saat pencatatan biaya bahan hingga penghitungan harga pokok produksi menghasilkan laporan harga pokok produksi yang akan diberikan kepada pimpinan perusahaan.
Saran
1. Perusahaan harus mempertimbangkan aspek analisa biaya dan manfaat.
2. Dapat diimplementasikan secara bertahap
3. Merekrut tenaga profesional di bidang akuntansi
4. Diselenggarakan auditing dari Sistem Informasi Akuntansi secara per-bagian atau menyeluruh dan dilakukan tindak lanjut dari hasil analisa Sistem Informasi Akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA
Adhi Hargo, 2006,   “Normalisasi Database Menggunakan Metode Logika Sederhana”, Http://ilmukomputer.com, (akses : 10 April 2009 : 13.30).
Bodnar, George H. dan William S. Hopwood, 2006, Sistem Informasi Akuntansi. Edisi I, Andi, Yogyakarta.
Didik Setiyadi, 2007, “Normalisasi Data”, Http://didiksetiyadi.com, (akses : 23 April 2009 : 20.00).
Jogiyanto HM., 2005, Analisi dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Edisi III, Andi, Yogyakarta.
Mulyadi, 1999, AKUNTANSI BIAYA, Edisi V, Adhitya Media, Yogyakarta.
Zaki Baridwan, 1993, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi II, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.